Hawa
dingin menusuk tulang saat saya membuka mata hamparan permadani hijau di kota
Payakumbuh. Payakumbuh merupakan kota dimana saya dibesarkan, saya mengintip
sebuah eksotistika yang dikenal dengan lembah harau. Lembah Harau terletak di
propinsi Sumatera barat tepatnya di Kabupaten 50 kota lebih kurang 15 km dari
pusat kota Payakumbuh. Untuk akses kesana, bisa memulainya dari terminal kota
Payakumbuh, kemudian diteruskan dengan menaiki bus ke negeri Sarilamak atau
Lamaksari. Dari Sarilamak perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki atau
menggunakan becak motor sejauh 4 km menuju ke pintu masuk cagar alam.
Seperti
hari minggu yang sudah-sudah saya dengan ketiga rekan saya selalu berolah raga
pagi dengan mengendarai sepeda, entah ada angin apa di pagi itu kami meluncur
menuju tempat wisata Lembah harau. Perjalanan menuju Lembah Harau sangat
menyenangkan, keindahan elok negeri dengan udara yang masih segar, saya dan
teman saya disuguhkan kemewahan alam sekitar. Di temani suara dayung sepeda, lambat laun
kami meninggalkan kota Payakumbuh. Tiga jam lamanya perjalanan akhirnya kami
sampai di gerbang Lembah harau. Syukur tak hentinya ku ucap melihat lukisan
pemandangan hasil ciptaan Sang Pencipta ini.
Konon katanya menurut legenda Lembah
Harau ini dahulunya adalah lautan. Suatu hari sang kakek seorang Raja,
membuatkan mainan untuk cucunya. Sewaktu asyik bermain, mainan tersebut jatuh
ke dalam laut. Anak tersebut menangis sejadi-jadinya. Ibunya, seorang Putri
Raja tanpa berpikir panjang langsung terjun ke laut untuk mengambil mainan
tersebut. Sungguh malang, ombak datang menghempas dan menjepit tubuhnya pada
dua batu besar. Dalam keadaan pasrah, ia berdoa kepada Yang Maha Kuasa, supaya
air laut surut. Doanya dikabulkan, tidak berapa lama kemudian air laut menjadi
surut dan ia berubah menjadi batu karena dimakan sumpahnya sendiri pada
tunangan terdahulu untuk tidak pernah menginjakkan kaki di hamparan laut
tersebut. Hal itu pun diperkuat apalagi berdasarkan hasil survey team geologi
dari jerman (Barat) pada tahun 1980, dikatakan bahwa batuan perbukitan yang
terdapat di Lembah Harau adalah batuan Breksi dan Konglomerat. Batuan jenis ini
umumnya terdapat di dasar laut.
Jurang besar dengan diameter mencapai 400 m. Tebing-tebing granit yang menjulang tinggi unik mengelilingi Lembah menjadi santapan kami pagi itu. tebing-tebing granit yang terjal ini memiliki ketinggian 80 m hingga 300 m. Perjalanan tak berhenti sampai disitu justru petualangan baru akan dimulai. Saya dan rekan saya sudah tidak sabar menyaksikan keindahan alam yang disuguhkan Lembah ini selanjutnya, kami pun bergegas dan terbang meninggalkan sekumpulan orang yang berjaga di pintu masuk cagar alam ini. Dari mulai saat memasuki Lembah Harau kami menemukan banyak keindahan yang menakjubkan sepanjang jalan. Tak sedikit para pemanjat tebing yang menjulukinya Yosemite nya Indonesia. Memasuki jalanan setapak saya dan rekan saya di sambut desiran air terjun Sarasah Bunta. Ternyata tempat ini sudah lama menarik perhatian masyarakat dunia hal itu terlihat jelas berdirinya sebuah monumen peninggalan Belanda di kaki air terjun Sarasah bunta ini, hal itu merupakan bukti bahwa Lembah Harau sudah dikenal orang sejak 1926.
Pada monumen itu tertera tanda tangan Asisten Residen Belanda di 50 Kota saat itu, F.Rinner dan dua pejabat Indonesia, Tuanku Laras Datuk Kuning nan Hitam dan Kodoh nan Hitam. Usai melihat pemandangan air terjun Sarasah Bunta, saya dan rekan saya kembali menelusuri jalanan setapak, sayapun kembali takjub melihat cagar alam dan suaka margasatwa seluas 270,5 hektar. Berbagai spesies tanaman hutan hujan tropis dataran tinggi serta binatang langka asli sumatera terdapat disini. Monyet ekor panjang merupakan hewan yang acap terlihat di kawasan ini. Hewan ini terkenal jinak sehingga saya dan rekan sayapun memberanikan diri untuk berinteraksi dengan berbagi sedikit makanan. Selain itu nyanyian suara siamang dan simpai tidak akan asing terdengar disini, namun binatang tersebut jarang menampakkan diri. Fauna lainnya yang dilindungi di cagar alam ini juga termasuk harimau sumatera, beruang, tapir, kambing jantan, landak serta 19 spesies burung, termasuk burung kuau, dan enggang.
Lembah Harau juga dilengkapi dengan Taman wisata, saya dan rekan sayapun tak melewatkan moment-moment indah begitu saja di kolam pemandian, area luas tempat berkemah, jalan setapak untuk hiking serta bermain dayung sampan. Setelah puas melihat dan bermain akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Sungguh perjalanan yang tak terlupakan
Jurang besar dengan diameter mencapai 400 m. Tebing-tebing granit yang menjulang tinggi unik mengelilingi Lembah menjadi santapan kami pagi itu. tebing-tebing granit yang terjal ini memiliki ketinggian 80 m hingga 300 m. Perjalanan tak berhenti sampai disitu justru petualangan baru akan dimulai. Saya dan rekan saya sudah tidak sabar menyaksikan keindahan alam yang disuguhkan Lembah ini selanjutnya, kami pun bergegas dan terbang meninggalkan sekumpulan orang yang berjaga di pintu masuk cagar alam ini. Dari mulai saat memasuki Lembah Harau kami menemukan banyak keindahan yang menakjubkan sepanjang jalan. Tak sedikit para pemanjat tebing yang menjulukinya Yosemite nya Indonesia. Memasuki jalanan setapak saya dan rekan saya di sambut desiran air terjun Sarasah Bunta. Ternyata tempat ini sudah lama menarik perhatian masyarakat dunia hal itu terlihat jelas berdirinya sebuah monumen peninggalan Belanda di kaki air terjun Sarasah bunta ini, hal itu merupakan bukti bahwa Lembah Harau sudah dikenal orang sejak 1926.
Pada monumen itu tertera tanda tangan Asisten Residen Belanda di 50 Kota saat itu, F.Rinner dan dua pejabat Indonesia, Tuanku Laras Datuk Kuning nan Hitam dan Kodoh nan Hitam. Usai melihat pemandangan air terjun Sarasah Bunta, saya dan rekan saya kembali menelusuri jalanan setapak, sayapun kembali takjub melihat cagar alam dan suaka margasatwa seluas 270,5 hektar. Berbagai spesies tanaman hutan hujan tropis dataran tinggi serta binatang langka asli sumatera terdapat disini. Monyet ekor panjang merupakan hewan yang acap terlihat di kawasan ini. Hewan ini terkenal jinak sehingga saya dan rekan sayapun memberanikan diri untuk berinteraksi dengan berbagi sedikit makanan. Selain itu nyanyian suara siamang dan simpai tidak akan asing terdengar disini, namun binatang tersebut jarang menampakkan diri. Fauna lainnya yang dilindungi di cagar alam ini juga termasuk harimau sumatera, beruang, tapir, kambing jantan, landak serta 19 spesies burung, termasuk burung kuau, dan enggang.
Lembah Harau juga dilengkapi dengan Taman wisata, saya dan rekan sayapun tak melewatkan moment-moment indah begitu saja di kolam pemandian, area luas tempat berkemah, jalan setapak untuk hiking serta bermain dayung sampan. Setelah puas melihat dan bermain akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Sungguh perjalanan yang tak terlupakan