Hasilnya pun terbukti. Kita sekarang
sudah merdeka. Namun, apakah semangat perjuangan kemerdekaan dari para pahlawan
pendidikan kita terdahulu masih terjaga hingga saat ini. Kemerdekaan yang telah
dicapai oleh bangsa Indonesia, belum membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang maju. Bahkan Indonesia masih tergolong negara yang masih berkembang.
Kualitas pendidikan masih kalah tertinggal oleh negara tetangga seperti
Malaysia dan singapura. Padahal kita tahu sendiri bahwa bangsa kita sudah lebih
dahulu merdeka. Yang lebih hebatnya lagi di tahun 1970-an para putra bangsa
Indonesia menjadi guru dan pengajar di negara tetangga itu.
Kenapa kita jadi tertinggal ?, atau
bahkan mungkin pendidikan di negara kita berjalan di tempat ?, atau lebih
parahnya lagi kualitas pendidikan kita saat ini menurun ?. Entahlah, yang pasti
kita belum merasakan kulitas seluruh sumber daya manusia Indonesia saat ini,
mampu untuk bersaing dengan bangsa-bangsa di Dunia. Justru yang terjadi
sekarang masih membengkaknya masyarakat miskin, tidak memiliki keahlian dan
pengangguran yang menjamur dimana-mana. Apa yang salah dengan bangsa ini?.
Padahal sekarang sekolah-sekolah sudah banyak berdiri dari pada saat zaman
sebelum kita merdeka. Tenaga pengajar asingpun yang gajinya lebih besar dari
pada tenaga pengajar negeri sendiri menimbulkan kecemburuan. Seolah-olah guru import lebih baik dari guru domestik. Dalam bahasa yang sangat
sederhana, pelayanan pendidikan di negeri ini belum berpihak kepada semua. Education for all yang dikampanyekan
hanya sekedar kampanye belaka. Faktanya banyak anak usia sekolah terpaksa tidak
bisa sekolah. Pendidikan multikultural belum berjalan dengan maksimal.
Kebijakan-kebijakan pemerintah di
bidang pendidikan harus segera dievaluasi, dan seyogyanya pemertintah tidak
tuli mendengarkan aspirasi dari rakyat yang menuntut keadilan. Sarana dan
prasarana mesti diperhatikan. Jangan sampai peserta didik harus bertaruh nyawa
untuk bisa mencapai bangku sekolah. Apa yang terjadi di daerah Banten, dimana anak-anak
harus menentang maut melewati jembatan yang rusak menjadi pembelajaran bagi
pemerintah pusat dan daerah untuk memperhatikan sarana dan prasarana masyarakat
umum.
Untuk membangkitkan generasi emas,
perlu ada keteladanan dari para orang tua. Apa yang terjadi di masyarakat saat
ini seperti kasus kriminalitas, dan penyalahgunaan narkotika, merupakan cambuk
bagi para orang tua dan guru untuk mendidik putra-putrinya lebih baik lagi.
Sudah saatnya kita memulainya dari pendidikan dalam keluarga. Tak bisa begitu
saja orang tua menyerahkannya kepada pihak sekolah. Pendidikan yang utama tetap
dikendalikan orang tua dan anak harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang
layak dari pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan, budi pkerti yang luhur,
dan mengasah keterampilannya.
Mahalnya biaya pendidikan membuat
pemerintah harus memikirkan rakyat miskin untuk bisa bersekolah. Selama ini si
kaya masih mendapatkan pelayanan prima, sedangkan si miskin harus dengan sabar
menerima pelayanan pendidikan apa adanya. Pada akhirnya anak-anak yang kurang
mampu berpikir, buat apa sekolah kalau sekolah mahal, lebih baik cari uang
untuk makan. Fenomena tersebut nyata terlihat banyaknya anak-anak usia sekolah
yang terlantar dan menjadi peminta-minta di pinggiran jalan dan pemberhentian
lampu merah.
Sistem pendidikan kita masih jauh dari
kata sempurna, bila melihat dana pendidikan yang begitu besar tak tersalurkan
tepat sasaran. Ingin rasanya memberikan masukan atau data yang benar bahwa
pendidikan gratis yang didengungkan selama ini belum berjalan dengan baik.
Bagaimana mungkin kita bisa untuk membangkitkan generasi emas bila generasi
pembangkitnya lemah dan terjangkit masalah korupsi. Generasi emas Indonesia
harus dibangkitkan dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang benar tidak mengenal
status sosial. Semua orang wajib untuk bersekolah dan mendapatkan pendidikan
yang layak sesuai dengan ketentuan UUD 1945.
Dengan adanya hari pendidikan nasional
merupakan renungan untuk kita semua dalam membenahi sistem pendidikan yang
masih terbengkalai di negara kita ini. Hindarkan pertengkaran yang membawa
perselisihan. Mari kita bergandengan tangan untuk membangkitkan
generasi-generasi muda indonesia. Bangkitkan generasi muda indonesia dengan
bekerja dan berkarya. Beri contoh kaum muda dengan keteladanan diri dan
prestasi tinggi. Bukan dengan janji-janji palsu yang memicu perselisihan
dimana-mana.